Sunday, May 23, 2021

Kerajaan Mataram

 






































Latar Belakang Kerajaan Mataram Kuno

    Prasasti atas nama Dyah Balitung (Rahyang tarumuhun ri Medang ri Poh Pitu)
menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang atau yang lebih sering dikenal dengan nama Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya menggeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebutkan dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Raja Sanna.
    Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.

Latar Belakang Kerajaan Mataram Islam

   Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta,   sejak runtuhnya dua kerajaan itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang dengan diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena hingga saat ini kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda

     
   Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ( Hindu )
   Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan yang memiliki peninggalan yang cukup banyak dan masih ada sampai sekarang, contohnya  Candi Prambanan dan Candi Borobuddur. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah dan memiliki beberapa sebutan antara lain Bumi Mataram, Kerajaan Mataram Hindu, serta Kerajaan Medang. 

   Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi, meliputi Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Lawu, Perahu dan Pegunungan Sewu. Selain dikelilingi oleh Gunung-gunung tersebut Kerajaan Mataram Kuno juga banyak dialiri sungai-sungai besar, meliputi Sungai Bengawan Solo, Progo, Bogowonto, dan Elo. Kedua faktor alam ini membuat kondisi kerajaan Mataram Kuno menjadi sangat Subur.
Selama berkuasa, Kerajaan Mataram Kuno terdapat 3 dinasti atau bisa juga disebut 3 Wangsa. Ketiga wangsa tersebut antara lain Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan terakhir Wangsa Isana. Masing-masing wangsa memiliki pedoman atau pendirian berbeda-beda khususnya mengenai agama yang dianut. Wangsa Sanjaya Mataram Kuno penganut agama Hindu, semnetara Wangsa Syailendra penganut agama Buddha dan Wangsa Isana merupakan wangsa baru yang berdiri saat Mpu Sindok berkuasa.

   Sanjaya merupakan tokoh pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri wangsa pertama yaitu Wangsa Sanjaya. Setelah Sanjaya wafat, kekuasaan beralih ke Rakai Panangkaran dan karena pengaruh dari luar kemudian ia menganut agama Buddha. Dengan situasi seperti ini, maka Wangsa Syailendra berdiri dan berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Setelah berakhirnya kekuasaan Wangsa Sanjaya, bukan berarti masyarakat yang menganut agama Buddha harus dipaksa untuk berpindah agama. Hal yang unik dan luar biasa pun terjadi, agama Hindu dan Buddha berkembang secara bersama di Mataram Kuno. Pembagian wilayah untuk kedua penganut agama ini pun terjadi, penganut agama Buddha tinggal di Jawa Tengah bagian Selatan dan yang menganut agama Hindu tinggal di Jawa Tengah Bagin Utara.

   Setelah beberapa tahun, Wangsa Sanjaya kemudian kembali berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini dikarenakan anak dari Raja Samaratungga yang bernama Pramodawardhani menikah dengan seorang yang beragama Hindu bernama Rakai Pikatan. Dari hasil pernikahan itu, kemudian Rakai Pikatan menjadi raja Mataram dan memulai kembali Dinasti Sanjaya. Hal licik kemudian dilakukan oleh Rakai Pikatan, yaitu dengan menyingkirkan saudara Pramodawardani yang bernama Balaputradewa, ia kemudian pergi mencari perlindungan di Kerajaan Sriwijaya dan menjadi raja di kerajaan tersebut.
Kekuasaan Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno akhirnya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya wangsa ini masih diperdebatkan oleh para ahli, terdapat juga teori yang menyatakan bahwa pada saat itu Kerajaan Mataram Kuno hancur karena bencana alam. Kekuasaan Rakai Sumba Dyah Wawa digantikan oleh Mpu Sindok. Setelah kehancuran, Mpu Sindok kemudian melangkah lebih jauh yaitu memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur dan disana ia membuat Wangsa Baru yaitu bernama Wangsa Isana 


Sejarah Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram) 
     
     Kesultanan Mataram adalah Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
      Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di Bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
    Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
     Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Mataraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.


Letak Kerajaan Mataram Kuno
peta persebaran mataram kuno
    Kerajaan Mataram Kuno terletak di daerah aliran sungai Progo elo, Bogowonto, dan Bengawan Solo Jawa Tengah dibagian selatan. Akan tetapi kerajaan berpindah ke jawa timur pada abad ke-10. 
Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan terkenal dan termasyur di dunia para peneliti sejarah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya macam peninggalan yang dapat ditemukan di sekitar kerajaan.
Tidak hanya benda-benda atau barang-barang purbakala, tapi banyak juga ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang menyatakan keberadaan lokasi Kerajaan Mataram Kuno.


   Lokasi yang menjadi inti daerahnya adalah Bhumi Mataram dengan ibukotanya adalah Medan Kamulan. menurut perkiraan, tempat lokasi Kerajaan Mataram Kuno sekarang merupakan Yogyakarta

Letak Kerajaan Mataram Islam 
peta persebaran mataram islam
   Pusat dari Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Ibukotanya berada di Kota Kede atau sekitar Kota Yogyakarta untuk saat ini. Dari beberapa kisah kuno mengenai letak geografis Mataram Islam berada di daerah aliran Sungai Opak dan Progo dengan muara di Laut Selatan.
   Luas wilayah Kerajaan Mataram Islam terbentang dari Tugu sebagai batas sebelah utara sedangkan Panggung Krapyak sebelah selatan. Di perbatasan barat ada Sungai Winongo dan sebelah timur ada Sungai Code.
   Kraton Mataram Islam yang terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan dimaknai sebagai pusat dunia atau jagat raya.

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Kuno
   Meskipun dalam praktik keagamaan, kerajaan mataram kuno terdiri dari agama Hindu dan Buddha, kehidupan sosial mereka sangat baik. Masyarakat tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Salah satu bukti dari sikap tersebut yaitu saat membangun candi borobudur. Selain toleransi beragama, kehidupan sosial kerajaan mataram kuno juga terbukti dengan adanya kepatuhan hukum oleh semua pihak.
    Sedangkan, kehidupan kebudayaan kerajaan ini sangat tinggi dibuktikan dengan banyaknya peninggalan prasasti dan juga candi.

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Islam
   Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
   Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.

Kehidupan Ekonomi Mataram Kuno
   Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.

   Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.

   Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.


Kehidupan Ekonomi Mataram Islam
   Seperti halnya Mataram Kuno, kehidupan ekonomi  kerajaan Mataram Islam juga bertumpuh pada pertanian.   Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.

No comments:

Post a Comment